Kamis, 01 Agustus 2013

Gaya Hidup untuk Atasi Perubahan Iklim



Ubah Gaya Hidup untuk Kurangi Perubahan Iklim

Beberapa tahun belakangan, kita sering dibuat bingung oleh musim kemarau atau musim hujan yang mulai bergeser. Sudah bulan Mei, kok masih sering turun hujan deras? Sebaliknya, memasuki musim hujan malah tak ada hujan sama sekali! Iklim mulai bertingkah aneh.
Iklim merupakan kondisi umum atmosfer dalam kurun waktu yang relatif panjang. Kurun waktu dalam iklim sangat beraneka, antara lain harian, bulanan, triwulanan, musiman, tahunan, maupun antar tahunan. Unsur-unsur iklim utama, di antaranya: radiasi matahari, suhu udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara, perawanan, dan curah hujan. Selain unsur-unsur utama iklim ada juga unsur iklim turunan, antara lain kecepatan angin vertikal, suhu udara virtual, dan lain-lain.
Iklim dapat berubah berkaitan dengan kondisi ruang dan suhu. Pemanasan global dipandang sebagai pencetus utama terjadinya perubahan iklim (climate change). Pemanasan global ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan bumi, atmosfer bumi, dan permukaan lautan. Pemanasan global merupakan salah satu dampak aktivitas manusia dalam mengeksploitasi sumber daya alam, seperti penggunaan bahan bakar fosil, kebakaran hutan, dan pemakaian gas-gas pendingin udara di kota-kota besar. Kegiatan manusia ini pada gilirannya akan mengakibatkan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (CH4, CO2, N2O, dan SF6) di atmosfer. Perubahan iklim dapat diperkirakan dengan cara analisis data dengan kurun waktu yang panjang, puluhan hingga ratusan tahun.
Adakah upaya yang dapat kita lakukan untuk mengurangi laju perubahan iklim? Yang kita butuhkan untuk mengerem perubahan iklim adalah kemauan kuat untuk mengubah gaya hidup kita, di antaranya:

Kurangilah makan daging

PBB mencatat, 18% dari pemanasan global yang terjadi saat ini disumbangkan oleh industri peternakan yang efeknya lebih besar daripada dampak pemanasan global dari seluruh alat transportasi yang ada di dunia. Pola makan yang berbasis tanaman hanya membutuhkan 25% energi yang dibutuhkan oleh pola makan berbasis daging. Untuk menghasilkan 1 kg daging, sumber daya yang dihabiskan setara dengan 15 kg gandum, setara dengan melepas 36,4 kg emisi karbondioksida (CO2). Pemeliharaan dan transportasi sapi, kambing, atau babi membutuhkan jumlah energi yang sama untuk menyalakan sebuah bola lampu 100 watt selama tiga minggu. Mengganti pola makan daging menjadi vegetarian (hanya memakan sayuran) 50% lebih efektif untuk mencegah pemanasan global daripada mengganti sebuah mobil SUV dengan mobil hibrida. Seorang vegetarian dengan standard diet orang Amerika akan menghemat 1,5 ton emisi rumah kaca setiap tahunnya.

Tanamlah pohon lebih banyak

Tanaman hijau menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam jaringan tubuh tanaman. Tetapi setelah mati, tanaman akan melepas kembali CO2 ke udara. Lingkungan dengan banyak tanaman akan mengikat CO2 dengan baik, sehingga CO2 yang terlepas ke udara akan berkurang. Sebuah penelitian di Amerika menyimpulkan, penanaman 95.000 pohon di dua kota kecil di Chicago memberikan udara yang lebih bersih dan menghemat biaya yang berhubungan dengan pemanasan dan pendinginan udara lebih dari $ 38 juta dalam 30 tahun ke depan.
Reduce, reuse, dan recycle (kurangi, gunakan ulang, dan daur ulang bahan-bahan yang dapat merusak lingkungan).

Gunakan alat transportasi alternatif untuk mengurangi emisi karbon. (disarikan dari
Global Warming & Atlas Nasional Indonesia, Bakosurtanal 2008/ink)

Tidak ada komentar: