Selasa, 13 Mei 2008

tentang ikan 1

Ikan Juga Pakai Taktik untuk Menghindari Lawan


Kalau Anda pernah memperhatikan, mungkin Anda pernah bertanya-tanya, mengapa ada ikan, terutama yang berukuran kecil seperti ikan teri (Engraulis japonicus) atau ikan julung-julung (Hemirhamphus sp.), berenang berkelompok dengan formasi yang kompak dalam jumlah ratusan, ribuan, bahkan jutaan ekor.

Anggota dalam kelompok itu bergerak dengan kecepatan, arah dan jarak antaranggota, sama. Jika pemangsa datang, atau arus keras datang menghadang, ikan-ikan itu segera berpencar secara teratur tanpa bertabrakan. Setelah bahaya lewat, mereka segera bergabung kembali. Gerakan membentuk kelompok demikian itu disebut schooling. Mengapa mereka melakukan schooling?

Jawabannya tergantung dari jenis ikannya. Ikan pemangsa melakukan schooling untuk mempermudah menangkap mangsa, sebaliknya pada ikan non pemangsa, schooling berfungsi untuk menyelamatkan diri.

Umumnya ikan pemangsa lebih suka menyerang ikan yang agak terpisah dari kelompoknya. Perbedaan gerak dari salah satu anggota dalam kelompok menjadi kriteria bagi pemangsa untuk menyergapnya. Pemangsa juga lebih mudah mnyergap ikan dari suatu kelompok yang beranggotakan tiga ekor daripada yang beranggotakan seribu ekor. Tampaknya semakin banyak jumlah anggota, semakin besar keuntungannya membentuk schooling.

Unik

Untuk mampu membentuk schooling, ternyata ikan harus mencapai panjang tubuh tertentu. Seperti sebuah hasil penelitian pada tahun 1962 terhadap ikan Menidia sp. Ikan ini mulai membentuk schooling setelah mencapai panjang 10 mm dengan jumlah anggota kelompok 3-5 ekor, tetapi Cuma terbatas selama 30-60 detik. Schooling yang matang terbentuk ketika panjang ikan mencapai 11-12 mm dan jumlah anggota kelompoknya 30-50 ekor.
Gerakan menghindar ikan yang membentuk schooling juga unik. Sekelompok ikan yang didatangi barakuda (Sphyraena barracuda) – ikan yang bergerak lincah, menyerang cepat, menyelinap di antara kelompok mangsa dan menyerang dengan satu kali gerakan – akan segera berbalik arah dengan membentuk semacam rongga di sekeliling pemangsa.

Setelah itu schooling terpecah menjadi dua di sisi-sisi barakuda. Akhirnya ikan-ikan itu membentuk schooling itu kembali setelah berada di belakang barakuda. Tetapi jika barakuda mulai menyerang, gerakan menyelamatkan diri tadi tidak bisa dipertahankan, sehingga dalam keadaan genting itu setiap ikan akan berpencar lagi dari arah pusat kelompok. Gerakan mereka jadi seperti ledakan bom dengan kecepatan kurang dari 0,2 detik.

Schooling bukan dominasi ikan-ikan kecil. Ikan tuna (Thunnus sp.) yang panjang tubuhnya bisa tiga meter, membentuk schooling sehingga jangkauan perburuannya menjadi semakin luas.
Tuna bersirip biru (Thunnus thunnus) membentuk formasi parabola ketika berburu mangsa. Daerah lengkung parabola dibentuk oleh anggota schooling, sehingga lengkung parabola itu bagai dinding yang keras bagi korban yang terperangkap. Korban yang ketakutan akan menghindari benturan dinding dan lari ke daerah yang kosong, yaitu pusat parabola. Dengan demikian memudahkan tuna sirip biru menangkap mangsanya.

Bentuk schooling ternyata bukan hanya parabola. Kalau dilihat dari atas, ada yang berbentuk kubus, garis, bulan sabit, atau elips. Bentuk-bentuk tersebut bisa berubah setiap saat, bahkan dalam hitungan detik, tergantung dari keadaan suhu, kadar garam, topografi laut, keasaman, dan lain-lain.

Bantuan Alat

Untuk membuat keteraturan yang kompak dalam schooling, ternyata diperlukan bantuan alat, yaitu organ ikan yang berperan secara khusus seperti mata dan gurat sisi. Gurat sisi yang berupa garis memanjang di sisi samping tubuh ikan mulai dari kepala sampai pangkal ekor, berfungsi untuk mengetahui perubahan tekanan air. Perubahan kecepatan sedikit saja dari seekor ikan dalam kelompok bisa mengakibatkan perubahan tekanan air. Perubahan tekanan inilah yangditerima oleh anggota kelompok lainnya sehingga informasi ini segera diikuti dengan perubahan kecepatan oleh anggota kelompok lainnya dalam waktu yang amat singkat.
Organ lain yang berperan dalam pembentukan schooling adalah mata. Mata ternyata berperan penting dalam mengatur jarak dan sudut antara ikan yang satu dengan ikan yang berada di dekatnya.

Keunikan lainnya adalah tidak pernah bercampurnya kelompok ikan yang satu dengan kelompok lainnya, meskin di laut bebas banyak sekali ikan yang membentuk schooling. Ternyata setiap ikan mampu mengenali kelompok masing-masing karena adanya getaran schooling. Getaran ini dapat ditangkap oleh gurat sisi. Lagipula ternyata ikan dengan penciumannya dapat mengenali rekannya sesama satu schooling. Bau rekannya telah terekam dalam otak. Tidak heran, sebab mereka telah hidup bersama semenjak menetas.

Aturan Main

Schooling tidak dapat disamakan begitu saja dengan kelompok, karena ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi. Kriteria itu antara lain adalah jarak yang harus selalu sama antaranggota. Jarak minimal yang harus dipenuhi adalah 3/10 panjang tubuh, dan biasanya jarak itu satu kali panjang tubuhnya. Karena schooling terdiri dari ikan sejenis, maka jarak antaranggotanya sama pula.

Posisi salah satu anggota dalam schooling akan berubah setelah beberapa waktu. Secara naluri ikan-ikan itu berganti tempat secara periodik, untuk memberikan kesempatan ikan yang berada di tengah bertukar tempat ke tepi. Hal ini dilakukan karena tampaknya ikan yang berada di sebelah tepi kelompok – terutama pada kelompok ikan non pemangsa – memperoleh kesempatan lebih besar untuk mendapat makanan.

Dalam kelompok ikan yang membentuk schooling, tidak ada yang menjadi pimpinan dan tidak ada yang menjadi anggota. Setiap individu dalam kelompok itu saling menyamakan arah dan kecepatan satu sama lain.

Ini berbeda dengan dua ekor ikan yang berenang bersama, karena salah seekor ikan akan bertindak sebagai pimpinan. Si pengikut akan menyamakan arah dan kecepatannya dengan pimpinan, sementara pimpinan tidak perlu terpengaruh oleh gerakan pengikutnya.
Schooling ada yang terus-menerus terbentuk (disebut schooling obligat) dan ada juga yang terbentuk pada saat-saat tertentu (disebut schooling fakultatif). Misalnya saat ikan non pemangsa yang menghadapi bahaya atau saat ikan pemangsa berburu. Pada saat tidak membentuk schooling, ikan teri memang terlihat mengelompok, tetapi pengelompokannya tidak teratur. Jika pemangsa atau ombak besar datang, barulah mereka mulai bergerak bersama secara kompak. Gerakan mereka terlihat seperti menari-nari.

Schooling obligat pun sebenarnya tidak berlangsung terus-menerus. Setelah matahari terbenam, setiap ikan dalam kelompok schooling obligat itu menyebar atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Tetapi jarak mereka tidak terlalu jauh satu dengan yang lainnya. Malam hari biasanya digunakan untuk makan dan beristirahat. Ketika pagi datang, schooling obligat akan terbentuk kembali (Kompas Minggu, 6 Agustus 1980/Christina P. Wulan & Ika Nurillah Krishnayanti/mahasiswi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Indonesia).

Tidak ada komentar: